Dampak
Difungsi Media Massa Pada Surat Kabar
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.
Beberapa kerugian atau dampak negatif dari menulis artikel di surat kabar
yakni sebagai berikut:
(i). Kita akan ketagihan untuk selalu
membaca surat kabar setiap hari. Hal tersebut dikarenakan apabila kita sehari
saja tidak membaca surat kabar, maka kita akan ketinggalan informasi.
(ii). Waktu untuk belajar dan bekerja akan
tersita cukup banyak. Membaca surat kabar paling-tidak membutuhkan waktu dua
sampai tiga jam untuk membaca seluruh artikel di surat kabar tersebut. Oleh
karena itu, waktu yang seharusnya untuk belajar dan bekerja, malah dialokasikan
untuk membaca surat kabar, sehingga dikhawatirkan akan mendisturbansi kegiatan
kita sehari-hari. Namun, apabila kita bisa membaca cepat, hal itu tidak menjadi
masalah untuk kita.
(iii). Dampak yang paling krusial adalah
uang saku kita akan berkurang akibat untuk membeli surat kabar tersebut setiap
hari dan untuk mengirim artikel kita kepada surat kabar tersebut baik melalui
email maupun melalui pos.
Pertama, munculnya model baru berita. Media konvensional seperti
televisi, majalah, koran dll menyajikan berita dengan menggunakan pola berpikir
jurnalistik tradisional, dimana keputusan atas berita yang layak terbit atau
tidak, ada di tangan editor maupun produser. Namun itu tidak berlaku pada
berita di New Media seperti Internet, yang menyajikan berita apa adanya secara
sangat subjektif tanpa adanya sentuhan dari tangan kedua. Sehingga berita dalam
New Media bisa menjadi check and balance dari berita di media konvensional.
Berita di internet juga merupakan hasil interpretasi dari subjek pembuat berita
yang seringkali memasukkan unsur subjektifitas seperti opini dalam sebuah topik
berita, yang terkadang kebenarannya masih perlu dibuktikan lebih lanjut.
Kedua, tidak adanya gate keepers yang menyaring
informasi. Coba bayangkan bila media-media konvensional tidak ada seseorang
atau institusi yang bertanggungjawab terhadap arus informasi yang keluar. Bahwa
pasti arus informasi akan menjadi liar dan tidak bertanggungjawab. Itulah yang
terjadi di dalam internet. Informasi sangat banyak bahkan terlalu banyak hingga
setiap informasi menjadi sangat bebas dan tidak jelas maksut dan siapa
pengirimnya. Lalu kemudian ketidakadaan gatekeepers berarti tidak ada
sensor. Contohnya pada situs www.kaskus.us pada forum
klub debat, dimana setiap orang bebas menyuarakan opininya yang seringkali
menyerang bahkan menyudutkan ras dan agama tertentu. Kalau sudah seperti ini
informasi yang ada bahkan bisa saja menyesatkan karena tidak adanya kontrol.
Ketiga, terlalu penuhnnya informasi. Dominick menganalogikan
internet sebagai sebuah kota besar, dimana kita dapat berkomunikasi dengan
banyak orang tanpa tatap muka secara langsung dan bertukar informasi tanpa
batas. Terlalu banyaknya informasi di internet kadang membuat kita harus
membatasi pencarian kita di search engine dengan mode safe search,
agar pencarian kita tidak melebar bahkan tidak menyerempet ke arah porno. Ini
merupakan celah besar yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak dalam mengakses
pornografi di internet. Sebuah dampak dari penuhnya informasi tanpa batas yang
dapat dimanfaatkan secara negatif oleh pengguna internet.
Keempat, perhatian terhadap masalah pribadi. Internet mebuat orang
terbuka terhadap masalah pribadinya. Nomor telpon, tanggal lahir, umur, alamat
rumah, bahkan status perkawinan seseorang dengan sangat mudah berada di
internet. Dahulu ketika internet masih belum ada ataupun populer di Indonesia,
kita merasa sangat enggan sharing mengenai umur dan alamat rumah ke
orang baru. Namun internet membuat kita menggeser budaya itu sedikit demi
sedikit hingga tidak ada lagi yang dinamakan tabu. Saat ini banyak tersebarnya
foto-foto pribadi hubungan intim seseorang dengan pasangannya dapat dengan
mudah didapatkan di situs-situs seperti facebook lalu dishare secara
bebas melalui www.krucil.com, dimana semua
orang dapat melihat itu tanpa batasan. Sehingga kasus-kasus seperti penculikan
melalui facebook dan juga penipuan-penipuan lainnya merupakan dampak dari
minimnya perhatian terhadap hal-hal yang bersifat pribadi.
Kelima, Penghindaran dan isolasi. Internet membuat orang rela berjam-jam
berselancar untuk berkirim email, online chating, bermain game,
belanja online, dan juga cybersex. Kegiatan-kegiatan tersebut
dapat menyebabkan seseorang menjadi kecanduan internet, dimana internet
disamakan dengan kcenaduan drugs dan alkohol. Setelah kecanduan,
seseorang biasanya akan merasa ada yang kurang bila tidak online dan
melakukan hal yang biasa dilakukan. Saat ini bila kita perhatikan di sekeliling
kita, bila melihat seseorang sendiri, mereka biasanya membuka handphone mereka
atau Blackberry yang sedang booming disini untuk sekedar menyapa
temannya lewat Yahoo Messenger ataupun update status via facebook atau twitter,
mereka terkadang tersenyum sendiri menatap layar benda dalam genggamannya. Yang
sangat berbahaya dari fenomena ini adalah bila kegiatan tersebut mengganggu
waktu bekerja. Bahkan untuk menyikapi hal ini beberapa kantor menonaktifkan
situs facebook dan twitter pada jaringan kantor mereka. Namun karena kecanduan,
para pekerja sudah siap membawa Blackberry mereka dan bisa tetap online waktu
bekerja.
inspirasi dr mna wen ? :p
BalasHapuspanjang kali mbak weniiiiii
BalasHapuskepanjangan mbak ,kalo bisa di rincikan dobg biar mudah di mengerti ahahahhaha
BalasHapus